KOMPAS.com - Di tengah melimpahnya produk popok sekali pakai di pasaran, sekelompok ibu justru memilih menggunakan popok kain. Alasan mereka untuk menghemat pengeluaran hingga mengurangi sampah.
Kelompok ibu-ibu yang berasal dari komunitas Milis Popok Kain (MPK) memperlihatkan desain popok kain yang tren pada zaman sekarang ketika merayakan ulang tahun kedua perkumpulan mereka, Sabtu (2/7/2011) lalu di TK Buana Kids, Buncit Indah, Jakarta. Untuk mengisi acara, panitia menggelar workshop membuat popok kain, lomba memakaikan popok kain pada anak, dan lomba membuat popok kain dari bahan yang tersedia di rumah.
”Salah satu semangat menggunakan popok kain adalah mengurangi sampah. Jadi, syarat lombanya adalah memakai bahan bekas yang memang sudah ada di rumah,” kata Eni, salah satu moderator milis.
Maka, jadilah ibu-ibu peserta lomba berkreasi membuat popok, seperti dari kaus yang sudah tidak terpakai atau kombinasi dari bahan kaus dengan kain bedong yang biasa dipakai untuk membungkus bayi. Namun, jangan bayangkan popok kain yang dipakai saat ini sama seperti popok kain zaman dulu, yaitu berupa sehelai kain katun atau kaus yang pada salah satu sisinya diberi tali sebagai pengikat.
Popok kain ”kontemporer” ini memiliki penampilan dan kemasan yang modern dan modis. Umumnya, berbentuk seperti celana dalam, terbuat dari bahan yang nyaman dan aman untuk bayi seperti katun/kaus, ditambah sehelai kain pembalut untuk menampung pipis. Sebagian di antaranya diberi lapisan tahan air untuk menahan rembesan. Motif dan warna kain yang lucu dan cerah membuat popok ini bisa dipakai tanpa tambahan celana dalam.
”Bentuknya seperti celana supaya mudah dan cepat dipakai. Karena itu, harganya memang lumayan mahal. Tetapi, kalau dihitung dengan cermat, pembelian yang mahal untuk popok kain hanya di awal. Setelah itu akan terasa hemat karena popok kain bisa dipakai berulang-ulang setelah dicuci,” kata Eni yang memakaikan popok kain pada anaknya sejak berusia dua bulan.
Ibu lainnya, Inne Utomo (27), juga menjadikan penghematan sebagai alasan memilih popok kain.
”Kalau popok sekali pakai, saya bisa menghabiskan uang Rp 200.000 per bulan karena ternyata anak saya tidak cocok memakai popok sekali pakai yang murah. Itu artinya, dalam setahun saya harus membelanjakan Rp 2,4 juta. Sementara sepuluh buah popok kain yang totalnya Rp 700.000 bisa saya pakai lebih lama dari setahun karena bisa dipakai berulang. Kan prinsipnya cuci, kering, pakai,” kata Inne yang sudah memakaikan popok kain pada anaknya, Kinar (1 tahun 9 bulan), selama 1,5 tahun.
Butuh kreativitas
Selain popok berbentuk celana, popok dengan bentuk sehelai kain masih tetap digunakan. Di samping helaian kain berukuran kecil yang biasanya dipakaikan pada bayi baru lahir, popok seperti ini juga tersedia dalam ukuran yang lebih besar.
Untuk itu, diperlukan kreativitas sang ibu untuk memakaikannya karena popok kain berukuran besar ini harus dilipat-lipat hingga nyaman dipakai bayi. Kalau ibu bisa berkreasi dengan cara melipat, popok dari sehelai kain ini bisa dibentuk seperti celana, seperti yang diperagakan Inne.
Beragam jenis popok kain yang dipajang saat ulang tahun MPK tersebut, dikatakan Eni, adalah produk lokal yang dibuat anggota milis. ”Selain ibu-ibu yang menggunakan popok kain untuk anaknya, milis kami juga beranggotakan ibu-ibu yang akan memilih popok kain, mantan pengguna, sampai ibu-ibu yang kemudian mencoba membuat sendiri popok kainnya,” tutur Eni. Anggota milis saat ini sudah hampir mendekati angka 1.000 orang.
Untuk memberikan peluang usaha pada ibu-ibu yang membuat popok kain, MPK menyediakan waktu khusus untuk promosi, tentu saja melalui dunia maya, yaitu pada hari Kamis. ”Kalau sudah hari promosi, biasanya ada 100 sampai 200 orang yang promosi,” kata Inne yang turut berbisnis popok kain meski tak membuat sendiri.
Tak hanya jadi ajang promosi, MPK juga menjadi sarana berbagi informasi, seperti cara merawat popok hingga media untuk menyebarkan pola popok yang baru. Di luar dunia maya, penyebaran informasi tentang popok kain dilakukan secara personal, mulai dari mengajak saudara, tetangga, teman kantor, arisan, sampai pengajian.
”Efek terhadap pengurangan sampah lumayan besar. Saat ulang tahun pertama MPK, kami mengadakan kegiatan amal di panti asuhan. Di sana, sampah popok sekali pakai dalam sehari bisa mencapai seratus kantong plastik. Untuk mengurangi sampah itu, kami mencoba memperkenalkan popok kain pada panti asuhan,” ujar Eni.
Anna (30) bahkan masih menyimpan popok kain yang pernah dipakai anak pertamanya, Seno (2,5), untuk dipakai anak keduanya yang masih berusia lima bulan dalam kandungan. Anna mengatakan, asal tahu cara memakai dan merawatnya, popok kain bisa tetap bersih.
”Misalnya, popok jangan terlalu lama dipakai, harus diganti 3-4 jam sekali. Cara mencucinya juga tidak merepotkan, sama saja seperti mencuci baju biasa. Yang agak repot mungkin pada saat bepergian. Tetapi zaman sekarang perlengkapan bayi sudah lengkap, ada tas khusus untuk menyimpan popok yang kotor. Tasnya juga bagus lho,” tutur Anna.
Jadi, uang penghematan dari popok bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan bayi lainnya...
Sumber : Kompas.com, 2 Agustus 2011
Kami menjual berbagai kebutuhan perlengkapan bayi, ibu dan anak dengan kualitas bagus namun dengan harga bersahabat.
Tersedia lengkap berbagai pilihan, seperti Kaos kaki anak, Jumper, Sleeping Bag, Sepatu, Baby GAP, Teether Book, Cloth Diapers (clodi), Nursing Apron, Payung Botol dan lain-lain.
Pertanyaan lebih lanjut silahkan menghubungi :
Telp / sms : CLOSED SEMENTARA
PIN BB : By Request
Email : hippiebabyshop@yahoo.co.id
Toko Online kami yang lain:
www.hippiebabyshop.multiply.com
Kunjungi Facebook kami di :
www.facebook.com/Hippiebabyshop
Silahkan lihat-lihat dan Happy Shopping...
Salam hangat,
Julia - Owner
0 comments:
Posting Komentar